“Ayo yah, kita pasang bendera”, kata Cerin kemarin pagi.
“Bendera apa Ce?”
“Bendera merah putih yo.. “, jawabnya. Anak ini suka ngegass kalau ditanya balik.
“Ayo to Yaah, cepetaan.. “
Selain ngegass anak ini juga suka ga sabaran, beda banget sama bapaknya. 🙂
Iya seh, kemarin itu pas tanggal 2 agustus. Telat sehari dari anjuran pemerintah untuk menaikkan bendera merah putih.
Agustus selalu jadi bulan yang asik, hari kemerdekaan, hari lahir saya, hari lahir mamanya Cerin, hari pernikahan … eh aduuh untung ingat.
Sebuah pantangan kalau sampai lupa ultah mamanya Cerin. Aib besar kalau sampai itu terjadi. Dan parahnya bagi saya kadang lebih mudah mengingat kode html drpd tanggal ultah seseorang. Orang tanggal lahir saya saja kadang saya lupa kalau ga dijadikan NIP oleh negara.
Dan kembali ke keasikan di bulan Agustus. Biasanya perayaan menyambut hari merdeka itu selalu dinantikan. Tapi tahun ini pasti berbeda ya, tanpa banyak ritual, tanpa banyak agenda kumpul2.
Covid telah memaksa pola hidup kita diatur.
Ga masalah, yang penting semuanya tetep sehat dan peringatan kemerdekaan pasti akan tetep meriah, tetep mantul, tetep banyak bendera dan umbul umbul.
Semoga saja pandemi covid ini segera mengilang, sehingga negeri ini bisa segera bangkit dan melanjutkan terbang.
…
Setelah bongkar sana sini, akhirnya dapat juga tali sama tiang bendera. Siap untuk memasang bendera di depan rumah.
Rumah saya itu minimalis. Minimalis modalis lengkapnya. Ga punya halaman luas, ga punya modal lebih untuk sekedar bikin lapangan golf atau kolam renang.
Lah ini mau naruh tiang bendera saja harus mikir, mau ditanam depan rumah ga enak, karena depan rumah itu sudah gang umum perumahan. Mau diikat, bingung di mana biar kelihatan dan tidak terbang lepas tertiup angin.
Akhirnya ya tetep harus minta keikhlasan kanopi kalau kakinya saya pinjam untuk sandaran tiang bendera. Untung kanopinya baik, jadi bereslah sang merah putih sudah bisa terpasang dan berkibar.
Cerin riang sambil menyanyi, tidak lupa hormat. Entah dia dapat lirik dan nada dari mana tapi katanya itu lagu bendera.
Hari menjelang malam ketika Cerin bilang, “… sudah mau malam Yah.. yuk masuk rumah.”
Sukurlah pendidikan dasar saya agak berhasil. Anak ini memang tipe suka bermain, tp asiknya kalau dah sore dia biasa ngajak pulang duluan.
“Benderanya dimasukin Yah, sudah malam…”
“Lho, kok gitu.. ga usah nak.”
“Lho.. nanti keujanan yo…”
“… ya gak pa pa Cece …”
“Lho.. nanti basah.. dingin yoo.. bawa masuk Yah. Besok pasang lagi…”
Laa.. dikiranya ayahmu ini paskibraka apa?
“Benderanya Cerin itu kan dipasang di luar nak, ya memang begitu, ga usah dimasukin rumah, itu lihat punya temen2 yo tetap dipasang, besok nglepasnya bareng2 Ce, kalau sudah … “
“Yaw dah deh, yuk Yah nonton Baby Bus aja…!”, sahutnya sambil menarik tangan saya.
Oke pemirsa, kebiasaan ibunya terbawa, suka motongin pembicaraan saya. Tapi ya gak pa pa, saya jadi ga pusing menjelaskan kenapa benderanya gak perlu dimasukkan rumah kalau malam.
Eh.. saya tadi diajak nonton baby bus ya? habis ini kayaknya saya jadi paham obrolan antar panda.
Cuss.
Catatan Tambahan
Konten ini sebenarnya tulisan lama. Saya tulis sekitar bulan Agustus 2020. Tapi, daripada terbuang percuma lebih baik ditayangkan saja untuk hiburan bersama. ^